WARNA LITURGI

Warna Pakaian Liturgis Di gereja katolik mengungkapkan ciri khas misteri iman yang dirayakan serta alur perkembangan hidup kristiani sepanjang tahun. Pada awalnya hanya ada satu warna pakaian liturgis yakni putih, tetapi di abad ke 9, ditambahkan warna-warna lainnya. Sesuai dengan ketentuan masa kini. Dalam Perayaan Ekaristi warna sangat dimanfaatkan sebagai unsur virtual yang sangat penting dalam menciptakan suasana religius, sekaligus memberi sentuhan atmosfir sedemikian rupa sehingga sungguh-sungguh dapat mengantar umat kepada pertemuan dengan yang Ilahi. Setiap warna merefleksikan nilai dan makna rohani tertentu. Begitu juga kapan waktu pemakaian warna tersebut dipakai disesuaikan dengan masa-masa dan perayaan- perayaan atau pesta tertentu menurut penaggalan kalender liturgi.

 

PUTIH atau KUNING

Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru, sebagaimana dalam liturgi baptisan. Warna putih umumnya dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurnian mutlak, kejayaan yang penuh kemenangan, dan kemuliaan abadi. Dalam arti ini pula mengapa seorang paus mengenakan jubah, single dan solideo putih.

Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna mencolok sebagai bentuk lebih kuat dari makna kemuliaan dan keabadian, sebagaimana dipancarkan oleh warna emas.



MERAH

Warna merah merupakan warna api dan darah. Warna merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan darah para martir sebagai saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri menumpahkan darah-Nya bagi kehidupan dunia. Apabila para kardinal memakai warna merah untuk jubah, singel, dan solideonya, maka itu dimaksudkan agar para                      kardinal               menyatakan kesiapsediaannya untuk mengikuti teladan para martir yang mati demi iman.

 

 

 


HIJAU

Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan, dan manusiawi. Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, yang memberi suasana pengharapan. Warna hijau pada khususnya dipandang sebagai warna kontemplatif dan      tenang. Dalam masa biasa itu, orang Kristiani menghayati hidup rutinnya dengan penuh ketenangan, kontemplatif terhadap karya dan sabda Allah melalui hidup sehari-hari, sambil menjalani hidup dengan penuh harapan akan kasih Allah.


UNGU

 



Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati- hati, dan mawas diri. Itulah sebabnya warna ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristiani diundang untuk bertobat, mawas diri, dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun Paskah. Warna itu juga digunakan untuk keperluan ibadat tobat.

Pada umumnya, liturgi arwah menggunakan warna ungu sebagai ganti warna hitam. Dalam liturgi arwah itu, warna ungu itu melambangkan penyerahan diri, pertobatan, dan permohonan belaskasihan dan kerahiman Tuhan atas diri orang yang meninggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman.


 

PINK/ROSE MUDA

 

Gereja Katolik menggunakan warna liturgi merah muda (pink/rose) pada kasula imam, maksudnya untuk menandai bahwa saat hari Minggu itu kita telah berada di pertengahan masa Adven III dan Prapaskah IV.

Pada Minggu Adven ketiga ini juga disebut Minggu Gaudete, yaitu minggu yang memiliki suasana kegembiraan dan sukacita. “Bersukacitalah selalu dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat.” yang diambil dari Filipi 4:4-5. Minggu


Adven III ini juga ditandai dengan penyalaan lilin warna merah muda.

Minggu prapaskah IV disebut juga dengan Minggu Laetare. Nama ini diambil dari antifon pembukaan pada perayaan hari Minggu Prapaskah IV: Laetare Ierusalem (Bersukacitalah Yerusalem). Antifon ini diambil dari Yesaya 166:10,11 dengan ayat dari Mazmur 121. Karena nuansa kegembiraan ini di tengah Prapaskah, dan bahwa setengah masa puasa sudah dilewati, kesuraman Liturgis prapaskah sedikit berkurang.

 

HITAM

Warna hitam merupakan lawan warna putih dan melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengurbanan, malam, kematian, dan kerajaan orang mati. Maka, warna hitam dapat melambangkan kesedihan dan kedukaan hati secara paling itntensif. Warna hitam bisa digunakan dalam liturgi arwah, meskipun penggunaan warna ini sekarang bersifat fakulatif.

Komentar